Selasa, 22 Oktober 2013

Infeksi Masa Nifas

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
     Infeksi nifas merupakan morbiditas dan mortalitas bagi ibu pasca bersalin. Derajat komplikasi masa nifas bervariasi. Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode masa nifas karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayi. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama pasca persalinan (Saifuddin, 2006).
     Penanganan umum selama masa nifas antara lain antisipasi setiap kondisi (faktor predisposisi dan masalah dalam proses persalinan) yang dapat berlanjut menjadi penyulit atau komplikasi dalam masa nifas, memberikan pengobatan yang rasional dan efektif bagi ibu yang mengalami infeksi nifas, melanjutkan pengamatan dan pengobatan terhadap masalah atau infeksi yang dikenali pada saat kehamilan maupun persalinan, jangan pulangkan penderita apabila masa kritis belum terlampau, memberi catatan atau intruksi untuk asuhan mandiri di rumah, gejala-gejala yang harus diwaspadai dan harus mendapat pertolongan dengan segera serta memberikan hidrasi oral atau IV secukupnya (Saifuddin, 2006). 
Berdasarkan paparan di atas, maka penulis merasa tertarik untuk mengangkat masalah tersebut dengan judul “ Infeksi Masa Nifas ”

1.2  Rumusan Masalah
            1.     Bagaimana pengertian infeksi masa nifas?
            2.     Bagaimana penyebab infeksi masa nifas?
            3.     Bagaimana manifestasi klinis infeksi masa nifas?
            4.     Bagaimana patofisiologis klinis infeksi masa nifas?
            5.     Bagaimana cara terjadinya infeksi masa nifas?
            6.     Bagaimana tanda dan gejala infeksi masa nifas?
            7.     Bagaimana faktor predisposisi infeksi masa nifas?
            8.     Bagaimana cara pencegahan infeksi masa nifas?

1.3  Tujuan
            1.     Untuk mengetahui pengertian infeksi masa nifas
            2.     Untuk mengetahui penyebab infeksi masa nifas.
            3.     Untuk mengetahui manifestasi klinis infeksi masa nifas.
            4.     Untuk mengetahui patofisiologis infeksi masa nifas.
            5.     Untuk mengetahui cara terjadinya infeksi masa nifas.
            6.     Untuk mengetahui tanda dan gejala infeksi masa nifas.
            7.     Untuk mengetahui faktor predisposisi infeksi masa nifas.
            8.     Untuk mengetahui cara pencegahan infeksi masa nifas.

1.4  Manfaat
1.4.1   Bagi penulis
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang infeksi mana nifas pada  asuhan kebidanan masa nifas.

1.4.2   Bagi Pendidikan
Diharapkan dapat memberikan manfaat bagi lembaga pendidikan untuk pengembangan materi perkuliahan pada program pendidikan dan studi kepustakaan yang berhubungan dengan infeksi masa nifas data asuhan kebidanan pada masa nifas






BAB II
PEMBAHASAN

2.1        Pengertian Infeksi Masa Nifas
Infeksi masa nifas (peurperalis) adalah infeksi pada dan melalui traktus genetalis setelah persalinan. Suhu 38o C atau lebih yang terjadi antara hari ke 2 – 10 postpartum dan diukur peroral sedikitnya empat kali sehari. (Siti Saleha : 2009, 96)
Infeksi nifas adalah semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat genetalia pada waktu perslinan dan nifas. (Eny Retna : 2008, 122)
2.2        Penyebab Infeksi Masa Nifas
Bermacam-macam jalan kuman masuk ke dalam alat kandungan seperti eksogen(kuman datang dari luar),autogen (kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh) dan endogen (dari jalan lahir sendiri).penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50% adalah streptococcus anaerob yang sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni normal jalan lahir.Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi antara lain adalah :
1)       Streptococcus Haemoliticus Anaerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat. Infeksi ini biasanya eksogen (ditularkan dari penderita lahir,alat-alat yang tidak suci hama,tangan penolong, infeksi tenggorokan orang lain).
2)       Staphylococcus Aureus
Masuknya secara eksogen ,infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai penyebab infeksi dirumah sakit dan dalam tenggorokan orang orang yang nampaknya sehat. Kuman ini biasanya menyebabkan infeksi terbatas, walaupun kadang-kadang menjadi sebab infeksi kuman.
3)       Eschercia Coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rectum,menyebabkan infeksi terbatas pada perineum,vulva,dan endometrium.Kuman ini merupakan sebab penting dari infeksi traktus urinarius.
4)       Clostridium Wellchii
Kuman ini bersifat anaerob,jarang ditemukan akan tetapi sangat berbahaya. Infeksi ini lebih sering terjadi pada abortus kriminalis dan partus yang ditolong oleh dukun dari luar rumah sakit.
      (Damaiyanti : 2011, 100)

2.3        Manifestasi klinis
Infeksi nifas dibagi atas 2 golongan yaitu :
2.3.1 Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina dan endometrium
A. Infeksi perineum, vulva, vagina dan serviks
Ø  Tanda dan gejala :
·     Rasa nyeri dan panas pada tempat infeksi, disuria dengan atau tanpa distensi urin
·     Jahitan luka mudah lepas, merah dan bengkak
·     Bila getah radang bisa keluar, biasanya keadaan tidak berat. Suhu sekitar 38  C, nadi kurang dari 100 X / menit
·     Bila luka terinfeksi, tertutup jahitan dan getah radang tidak dapat keluar, demam bisa meningkat sampai 39 – 40  C, kadang – kadang disertai menggigil
(Damaiyanti : 2011, 101)

B. Penyebaran infeksi nifas pada perineumvulvavaginaserviks dan 
endometrium meliputi:
1.          Vulvitis
Vulvitis adalah infeksi pada vulva. Vulvitis pada ibu pasca melahirkan terjadi di bekas sayatan episiotomi atau luka perineum jaringan sekitarnya membengkak. Tepi luka menjadi berwarna merah dan bengkak, jahitan mudah lepas, luka yang terbuka menjadi ulkus dan mengeluarkan nanah. (Siti Saleha : 2009, 97)

2.          Vaginitis

Merupakan infeksi pada daerah vaginaVaginitis pada ibu pasca melahirkan dapat terjadi secara langsung pada luka vagina atau melalui perineum. Permukaan mukosa bengkak dan kemerahan, terjadi ulkus dan getah mengandung nanah dari daerah ulkus. Penyebaran dapat terjadi tetapi pada umumnya infeksi tinggal terbatas. (Siti Saleha : 2009, 97)

3.          Servisitis
Infeksi yang sering terjadi pada daerah servik, tapi tidak menimbulkan banyak gejala. Luka serviks yang dalam dan meluas dan langsung ke dasar ligamentum latum dapat menyebabkaninfeksi yang menjalar ke parametrium.
Gejala klinis yang dirasakan pada sersivitis adalah sebagai berikut :
a.   Nyeri dan rasa panas pada daerah infeksi.
b.   Kadang perih bila BAK.
c.   Demam dengan suhu badan 39o- 40o C.
(Siti Saleha : 2009, 97)
4.          Endometritis
Kadang – kadang lochea tertahan dalam uterus oleh darah, sisa plasenta dan selaput ketuban yang disebut locheometra yang dapat menyebabkan kenaikan suhu. Uterus pada endometritis agak membesar, serta nyeri pada perabaan dan lembek. (Damaiyanti : 2011, 101)
Pada endometritis yang tidak meluas, penderita merasa kurang sehat dan nyeri perut pada hari-hari pertama. Mulai hari ke 3 suhu meningkat, nadi menjadi cepat, akan tetapi pada beberapa hari suhu dan nadi menurun dan dalam kurang lebih satu minggu keadaan sudah kembali normal. (Damaiyanti : 2011, 102)
Lokia pada endometritis biasanya bertambah dan kadang-kadang berbau. Hal ini tidak boleh dianggap infeksinya berat, malahan infeksi berat kadang-kadang disertai oleh lokia yang sedikit dan tidak berbau. (Damaiyanti : 2011, 102)

2.3.2    Penyebaran dari tempat – tempat infeksi melalui vena – vena jalan limfe dan permukaan endometrium
Ø  Infeksi nifas yang penyebarannya melalui pembuluh darah
Infeksi ini sangat berbahaya dan merupakan 50% dari semua kematian karena infeksi nifas.Infeksi ini meliputi :
1.        Septikemia dan Piemia
A.    Septikemia
Septikemia adalah keadaan dimana kuman-kuman atau toksinnya langsung masuk ke dalam peredaran darah dan menyebabkan infeksi.
Gejala klinik septikemia lebih akut antara lain: kelihatan sudah sakit dan lemah sejak awal; keadaan umum jelek, menggigil, nadi cepat 140 – 160 x per menit atau lebih; suhu meningkat antara 39-40o C, tekanan darah turun, keadaan umum memburuk, sesak nafas, kesadaran turun, gelisah. Penderita meninggal dalam enam sampai tujuh hari post partum, jika ia hidup terus, gejala-gejala menjadi piemia. (Damaiyanti : 2011, 102)



B.    Piemia
Piemia dimulai dengan tromflebitis vena-vena pada daerah perlukaan lalu lepas menjadi embolus-embolus kecil yang dibawa ke peredaran darah, kemudian terjadi infeksi dan abses pada organ-organ yang diserangnya
Tidak lama post partum pasien sudah merasa sakit, perut nyeri, suhu tinggi, menggigil setelah kuman dengan emboli memasuki peredaran darah umum. Ciri khas: Berulang – ulang suhu meningkat disertai menggigil, diikuti oleh turunnya suhu. Lambat laun akan timbul gejala abses paru, pneumonia dan pleuritis. Embulus dapat pula menyebabkan abses-abses di beberapa tempat lain. (Damaiyanti : 2011, 102)

2.        Tromboflebitis
Radang pada vena terdiri dari tromboflebitis pelvis dan tromboflebitis femoralis.
Tromboflebitis pelvis yang sering meradang adalah pada vena ovarika, terjadi karena mengalirkan darah dan luka bekas plasenta di daerah fundus uteri. Penjalaran trombofeblitis pada vena ovarika kiri adalah ke vena renalis dan vena ovarika kanan ke vena kava inferior. (Siti Saleha : 2009, 98)
B.    Tromboflebitis femoralis
Tromboflebitis femoralis dapat menjadi tromboflebitis vena safena magna atau peradangan vena femoralis sendiri, penjalaran tromboflebitis vena uterin, dan akibat parametritis. Tromboflebitis vena femoralis disebabkan aliran darah lambat pada lipat paha karena tertekan ligamentum inguinale dan kadar fibrinogen meningkat pada masa nifas. (Siti Saleha : 2009, 98)

Ø  Infeksi nifas yang penyebarannya melalui jalan limfe
1.     Peritonitis
Infeksi peurperalis melalui saluran getah bening dapat menjalar ke peritoneum hingga terjadi peritonis atau ke parametrium menyebabkan parametritis. (Siti Saleha : 2009, 98)

2.     Selvitis pelvika (parametrisis)
Parametritis dapat terjadi dengan tiga cara berikut ini :
a.      Melalui robekan servik yang dalam.
b.     Penjalaran endometritis atau luka servik yang terinfeksi melalui saluran getah bening.
c.      Sebagai lanjutan tromboflebitis.
Jika terjadi infeksi parametrium, tmbullah pembengkakan yang mula-mula lunak, tetapi kemudian menjadi keras kembali dengan gejala klinis sebagai berikut:
a.      Uterus agak membesar dan lembek.
b.     Nyeri pada perabaan.
c.      Suhu tubuh 39o C - 40 o C.
d.     Nadi cepat dan menggigil.
e.      Lokia banyak dan berbau.
(Siti Saleha : 2009, 98)

2.4        Patofisiologis Infeksi Masa Nifas.
Setelah kala III, daerah bekas insersio plasenta merupakan sebuah luka dengan diameter kira-kira 4cm. Permukaannya tidak rata, berbenjol-benjol karena banyaknya vena yang ditutupi trombus. Daerah ini merupakan tempat yang baik untuk tumbuhnya kuman dan masuknya jenis yang patogen dalam tubuh wanita. Servik sering mengalami perlukaan pada persalinan, demikian juga vulva, vagina dan perinium yang merupakan tempat masuknya kuman patologis. Proses radang dapat terbatas pada luka-luka tersebut atau dapat menyebar di luar luka asalnya. (Eny Retna : 2008, 123)
2.5        Cara Terjadinya Infeksi Masa Nifas
Infeksi dapat terjadi sebagai berikut :
1). Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada pemeriksaan dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada dalam vagina ke dalam uterus. Kemungkinan lain ialah bahwa sarung tangan atau alat alat yang dimasukkan ke dalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari kuman-kuman.
2). Droplet Infection. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi bakteri yang berasal dari hidung atau tenggorokan dokter atau petugas kesehatan lainnya.Oleh karena itu ,hidung dan mulut petugas yang berkerja di kamar bersalin harus ditutup dengan masker dan penderita infeksi saluran pernafasan dilarang memasuki kamar bersalin.
3). Dalam rumah sakit terlalu banyak kuman-kuman pathogen,berasal dari penderita-penderita dengan berbagai jenis infeksi. Kuman-kuman ini bisa dibawa oleh aliran udara kemana-mmana termasuk kain-kain ,alat-alat yang suci hama,dan yang digunakan untuk merawat wanita dalam persalinan atau pada waktu nifas.
4). Koitus pada akhir kehamilan tidak nerupakan sebab infeksi penting, kevuali apabila mengakibatkan pecahnya ketuban..
(Damaiyanti : 2011, 101)
2.6        Tanda Dan Gejala Infeksi Masa Nifas.
Infeksi akut ditandai dengan demam, sakit didaerah infeksi, berwarna kemerahan, fungsi organ tersebut terganggu. Gambaran klinis infeksi nifas dapat berbentuk :
a.        Infeksi lokal
Pembengkakan luka episiotomi, terjadi penanahan, perubahan warna kulit, pengeluaran kochea bercampur nanah, mobilisasi terbatas karena rasa nyeri, temperatur badan dapat meningkat.
b.       Infeksi umum
Tampak sakit dan lemah, temperatus meningkat, tekanan darah menurun dan nadi meningkat, pernafasan dapat meningkat dan akan terasa sesak, kesadaran gelisah sampai menurun dan koma, terjadi gangguan involusi uterus, lochea berbauh dan bernanah serta kotor.
            (  Eny Retna, 2 08 : 124)

2.7        Faktor Predisposisi Infeksi Masa Nifas.
a.     Semua keadaan yang menurunkan daya tahan penderita seperti perdarahan banyak,diabetes,preeklamsi,malnutrisi,anemia. Kelelahan juga infeksi lain yaitu pneumonia,penyakit jantung dan sebagainya.
b.     Proses persalinan bermasalah seperti partus lama/macet terutama dengan ketuban pecah lama,koriomnionitis,persalinan traumatic,kurang baiknya proses pencegahan infeksi dan manipulasi yang berlebihan.
c.      Tindakan obstertik operatic baik pervaginam maupun perabdominam.
d.     Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan darah dalam rongga rahim.
e.     Episiotomy atau laterasi.
(Damaiyanti : 2011, 101)

2.8        Cara Pencegahan Infeksi Masa Nifas.
a.     Masa kehamilan
1.     Mengurangi atau mencegah factor-faktor predopsi seperti anemia,malnutrisi dan kelemahan serta mengobati penyakit-penyakit yang diserita ibu.
2.     Pemeriksaan dalam jaringan dilakukan kalau tidak ada indikasi yang perlu.
3.     Koitus pada hamil tua hendaknya dihindari atau dikurangi dan dilakukan hati-hati karena dapat menyebabkan pecahnya ketuban. Kalau ini terjadi infeksi akan mudah masuk dalam jalan lahir.
b.     Selama Persalinan
Usaha-usaha pencegahan terdiri atas membatasi sebanyak mungkin masuknya kuman-kuman dalam jalan lahir :
1.     Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama/menjaga supaya persalinan tidak berlarut-larut.
2.     Menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin.
3.     Perlukaan-perlukaan jalan lahir karena tindakan baik pervaginam maupun perabominam dibersikan, dijahit sebaik-baiknya dan menjaga sterilisasi.
4.     Mencegah terjadinya perdarahan banyak, bila terjadi darah yang hilang harus diganti dengan transfusi darah.
5.     Semua petugas dalam kamar berslin harus menutup hidung dan mulut dengan masker, yang menderita infeksi pernafasan tidak diperbolehkan masuk kedalam kamar bersalin.
6.     Alat-alat dan kain-kain yang dipakai dalam persalinan harus suci hama.
7.     Hindari pemeriksaan dalam berulang-ulang, lakukan bila ada indikasi dengan sterilisasi yang baik, apabila ketuban telah pecah.
c.      Selama nifas
1.     Luka-luka dirawat dengan baik jangan sampai terkena infeksi, begitu pula alat-alat dan pakaian serta kain yang berhubungan dengan alat kandungan harus steril.
2.     Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan khusus, tidak bercampur dengan ibu sehat.
3.     Pengunjung-pengunjung dari luar hendaknya pada hari-hari pertama dibatasi sedapat mungkin.
(Damaiyanti : 2011, 101)

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
     Infeksi nifas merupakan morbiditas dan mortalitas bagi ibu pasca bersalin. Derajat komplikasi masa nifas bervariasi. Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode masa nifas karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayi. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama pasca persalinan (Saifuddin, 2006).
     Penanganan umum selama masa nifas antara lain antisipasi setiap kondisi (faktor predisposisi dan masalah dalam proses persalinan) yang dapat berlanjut menjadi penyulit atau komplikasi dalam masa nifas, memberikan pengobatan yang rasional dan efektif bagi ibu yang mengalami infeksi nifas, melanjutkan pengamatan dan pengobatan terhadap masalah atau infeksi yang dikenali pada saat kehamilan maupun persalinan, jangan pulangkan penderita apabila masa kritis belum terlampau; memberi catatan atau intruksi untuk asuhan mandiri di rumah, gejala-gejala yang harus diwaspadai dan harus mendapat pertolongan dengan segera serta memberikan hidrasi oral atau IV secukupnya (Saifuddin, 2006). 
3.2 Saran
Dengan disusunnya makalah ini, diharapkan para tenaga kesehatan maupun mahasiswa kesehatan dapat lebih mengetahui dan menerapkan perencanaan asuhan kebidanan sesuai dengan kompetensi dalam memberikan pelayanan kepada pasien.




DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, Eny Retna. 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta : Mitra Cendikia
http://ichiekiky.blogspot.com/2012/06/makalah-infeksi-masa-nifas.html diposkan oleh  ichiekiky. Diakses pada tanggal 15 September 2013
Saleha, Siti . 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika
Yanti, Damai. 2011. Asuhan Kebidanan Masa Nifas Belajar Menjadi Bidan Profesional. Bandung : PT Refika Aditama







0 komentar:

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:

Posting Komentar